Ketenangan
dalam bersikap atau menurut istilah jawa Meneng Ing Solah Bowo
adalah bagian dari keteladanan seorang pemimpin. Artinya seorang pemimpin harus bersikap
tenang dalam menghadapi segala permasalahan yang mungkin timbul dalam
kepemimpinannya. Selain dari itu,
pemimpin dalam memutuskan permasalahan, mengambil kebijakan, menetapkan program
harus senantiasa tenang, tidak sembarangan (grusah-grusuh),
semua melalui pertimbangan yang panjang, cerdas, dan ikhlas. Bila pemimpin memiliki kepribadian tersebut
maka pemimpin akan berwibawa, diterima dan disegani oleh mereka yang dipimpin.
Aspek
keteladanan pemimpin lainnya adalah Dumunung
Kasunyatan atau selaras dalam berpikir, berbicara, dan bertindak. Pemimpin harus berkehendak, berbicara, dan
bertindak sesuai dengan kenyataan yang ada. Tidak ada hal-hal yang ditutupi dan tidak ada
pilih kasih. Ciri pemimpin yang Dumunung Kasunyatan selalu mengedepankan
: kejujuran, keikhlasan, dan menjaga nilai-nilai luhur yang menjadi akar budaya
masyarakat dan budaya organisasi.
Pemimpin yang demikian dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dimanapun dia
berada. Dumunung Kasunyatan juga dapat berarti bahwa : Perkataan (lati),
Pikiran (ati) dan Tindakan (pekerti) adalah sama, sehingga pemimpin yang
demikian melakukan tindakan apapun dengan tenang dan tanpa beban. Antara pembicaraan, tindakan dan fikiran
selaras dan sejalan, dalam bahasa jawa dikatakan bahwa : “Dadi pemimpin iku kudu Jumbuh antarane pikiran, tindakan lan
pangandikan, yen ora, nroko papane”.
Menjadi pemimpin itu harus selaras antara pikiran, pembicaraan, dan
tindakan. Bila tidak, neraka resikonya. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar