Halo
para pembaca yang budiman, apa kabar? Semoga anda semua selalu dalam keadaan
sehat dan sejahtera, aamiin.
Pada
kesempatan ini saya ingin mengajak anda mencermati sebuah topik yang terkait
sangat erat dengan kinerja pemerintahan di negeri kita tercinta ini, yaitu “Pentingnya Perubahan Pola Pikir Aparatur pemerintah"
Bila
mencermati sepak terjang aparatur pada umumnya, tentu anda
sepakat bahwa memang ada sesuatu yang tidak beres dengan pola pikir aparatur
kita. Hal itu bisa kita tangkap dari
pemberitaan di media massa, yang seakan tiada hentinya memberitakan
kisah-kisah penyimpangan para abdi
negara dan abdi masyarakat ini. Mulai
dari maraknya korupsi, ketidak-disiplinan, kualitas pelayanan yang rendah, akuntabilitas
yang rendah, hingga minimnya integritas dan komitmen.
Mengapa
banyak aparatur yang kondisinya seperti itu? Apakah
kecenderungan aparatur untuk korup karena terdesak oleh kebutuhan ekonomi? Atau
karena gaya hidup? atau karena sebab lainnya...? Mengapa
ada aparatur yang “rela” membiarkan dirinya memiliki integritas yang rendah,
sementara yang lain tidak? Para pembaca yang budiman, inilah kiranya problem pola pikir aparatur kita...
Pola
pikir yang kurang memadai dari para PNS ini, menyebabkan program reformasi
birokrasi berjalan ditempat. Menurut
para ahli, reformasi birokrasi hanya akan memperlihatkan hasilnya bila “pola
pikir aparatur” berubah. Artinya sebelum
mereformasi yang lain-lain, yang terlebih dahulu harus diperbaiki adalah pola
pikir aparaturnya.
Mengapa
pola pikir aparatur yang harus terlebih dahulu direformasi?
Dengan
tanpa menafikkan kekurangan yang ada, pada dasarnya para pakar di negara kita telah
merancang sistem pemerintahan ini dengan sangat baik. Berbagai ketentuan hukum dan peraturan
perundangan yang mengatur hajat hidup berbangsa dan bernegara telah cukup dibuat. Tetapi sistem yang sudah cukup baik ini
ternyata tidak menjamin mulusnya penyelenggaraan pemerintahan. Penyimpangan para birokrat masih saja terus
terjadi.
Dengan
kondisi yang seperti ini maka kita dapat memastikan bahwa berbagai persoalan
birokrasi itu sebagian besarnya muncul karena faktor manusianya. Faktor aparatur yang pola pikirnya tidak
mendukung ke arah terselenggaranya pemerintahan yang bersih dan efektif.
Para pembaca yang budiman,
Seberapa
penting sebetulnya masalah pola pikir ini? Seberapa hebat dampaknya terhadap
kinerja? Seberapa urgen sehingga seorang aparatur itu harus merasa resah atau
tidak resah dengan pola pikir yang dimilikinya?
Untuk
menjawab pertanyaan ini, marilah kita kilas balik sejenak dengan apa yang
pernah terjadi pada tahun 2007 dan 2008.
Ketika itu sebuah majalah terkemuka ibukota melakukan penelitian
terhadap pejabat-pejabat publik di kementerian, lembaga, maupun dilingkup
pemerintahan daerah. Dari hasil
penelitian tersebut terungkap bahwa ditengah buruknya citra aparatur pemerintah
secara umum, masih ditemukan orang-orang yang berani berbeda dengan
lingkungannya. Tidak kurang dari 7 tokoh
di kementerian dan lembaga, serta 10 orang kepala daerah yang terpilih menjadi
pejabat publik terbaik pada waktu itu.
Para
tokoh ini seluruhnya menunjukkan determinasi yang luar biasa. Mereka mengukir banyak prestasi dengan
menghasilkan keputusan atau kebijakan yang berdampak luas terhadap perbaikan
sistem dan kultur. Mereka juga tergolong
orang-orang yang berani dalam menjalankan tugas dan menegakkan hukum.
Mereka
menolak fenomena klasik birokrasi: korupsi, inefisiensi, bekerja tanpa visi. Mereka menempatkan keteladanan dan kejujuran
di urutan pertama. Mereka percaya,
komunikasi yang intens merupakan kunci keberhasilan, bukan komunikasi yang
instan. Mereka sabar mendengar rakyat,
dan bekerja mencapainya.
Dari sepak terjang para tokoh ini, jelaslah bahwa mereka
memiliki pola pikir yang berbeda dari kebanyakan aparatur. Mereka memiliki sistem belief, atau kepercayaan, atau sekumpulan kepercayaan, yang
sangat sehat, yang mampu mengantarkan mereka kepada cara berpikir, cara
berkomunikasi, cara bertindak, dan cara berperilaku yang sangat mendukung karir
mereka sebagai aparatur yang bersih dan efektif.
Para pembaca yang budiman,
Berdasarkan gambaran di atas, kita dapat memahami
bahwa pola pikir yang tepat ternyata sangat penting bagi seorang aparatur. Dengan memahami bagaimana pola pikir bekerja,
kita dapat menduga apakah seseorang aparatur tergolong lurus, atau menyimpang.
Demikian besarnya pengaruh pola pikir terhadap cara
bertindak seseorang, maka tidak berlebihan kiranya kalau para ahli berpendapat
bahwa reformasi birokrasi harus dilakukan dengan terlebih dahulu mereformasi
pola pikir para aparaturnya.
Para pembaca yang budiman, khususnya anda para aparatur pemerintah, kami yakin dan percaya, bahwa anda tidak akan
melewatkan kesempatan untuk menjadi aparatur yang memiliki pola pikir yang
sehat, unggul, dan membahagiakan. Pola pikir
yang mengantarkan anda kepada sosok aparatur yang memiliki integritas dan
kinerja yang tinggi. Dari sini tentu akan timbul pertanyaan, bagaimana caranya mengubah pola pikir aparatur? nantikan postingan saya berikutnya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar