1.
Lingkungan
Keluarga
Keluarga yang mengembangkan kebiasaan makan
bersama, membaca buku, mematikan lampu setelah selesai digunakan, dan kebiasaan
positif lainnya, akan menghasilkan anggota keluarga yang memiliki pola pikir
yang terwarnai oleh nilai-nilai yang dibangun bersama oleh keluarga tadi.
Pola pikir seseorang yang berasal dari
keluarga yang sarat dengan sistem nilai positif, dipastikan akan lebih unggul
dari keluarga yang tidak atau kurang membangun sistem nilainya.
2.
Pergaulan
dengan Masyarakat
Aparatur yang banyak berteman dengan
pengusaha, cenderung memperlihatkan pola pikir seperti pengusaha. Aparatur yang berteman dengan politikus,
cenderung akan mengikuti gaya berpikir politikus. Aparatur yang berteman dengan tukang rumpi,
dia akan tertular dengan kegatalannya para perumpi. Dan, bila seorang aparatur berteman dengan
orang yang shalih, diapun cenderung akan mengadopsi sifat-sifat dan cara
berpikir orang shalih tersebut.
Konsekuensinya, bila seorang aparatur ingin memiliki pola pikir yang
baik, ia akan berhati-hati dalam memilih teman.
3.
Pendidikan
Pendidikan adalah solusi terbaik untuk
membentuk pola pikir yang unggul. Seorang
aparatur tidak akan membiarkan waktunya berlalu tanpa membaca buku. Ia akan rajin men-charge dirinya sendiri melalui seminar-seminar yang bermanfaat. Ia akan gunakan internet untuk mencari
berbagai informasi yang dapat mendukung karirnya sebagai seorang aparatur. Ia akan berusaha untuk meningkatkan
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, bukan karena selembar ijazah atau
kebanggaan menyandang sederet gelar akademik, tapi karena kesadaran untuk terus
meningkatkan kompetensi diri. Iapun Ia
tidak akan membiarkan dirinya menonton TV lebih dari satu jam sehari.
4.
Sistem
Kepercayaan (Belief System)
Para pembaca yang budiman,
Faktor yang paling dominan mempengaruhi pola
pikir adalah sistem kepercayaan atau keyakinan seseorang (belief system). Bukti sangat
kuat bahwa sistem keyakinan memberikan pengaruh yang paling dominan terhadap
pola pikir seorang aparatur, adalah ketika ia dihadapkan pada peluang melakukan
korupsi. Satu-satunya yang sanggup
mencegah perbuatan tersebut bukanlah sanksi dari atasan, KPK, Kejaksaan, atau
dari Kepolisian.., tetapi rasa takutnya kepada Tuhannya. Bahwa suatu hari nanti, setiap orang akan
dibalas sesuai dengan apa yang diperbuatnya.
Ia merasa tidak akan sanggup menghadapi murka Tuhan Yang Maha Keras siksanya
atas korupsi yang ia lakukan. Ia juga
sadar bahwa azab neraka, bukanlah akhir kehidupan yang baik.
Belief
System, atau sistem kepercayaan, atau sistem keyakinan, juga
mampu mengarahkan seorang Aparatur untuk memberikan pelayanan terbaik kepada
semua orang yang berurusan dengannya, baik itu masyarakat, atasan, bawahan,
atau kolega.
Seorang Aparatur yang mempunyai mental
senang, ikhlas, dan antusias dalam
melayani, berkeyakinan bahwa semua itu ia lakukan semata karena ia ingin
bermanfaat bagi manusia lainnya.
Ia meyakini bahwa apa yang ditabur akan
dituai, artinya pelayanannya kepada masyarakat bukan sekedar melaksanakan
tugas, tapi juga investasi yang sangat bernilai untuk akhiratnya kelak. Investasi yang dapat menghantarkannya kepada
hadiah yang paling dinanti umat manusia sedunia, ...surga !! – the most most beautiful place, where
anybody in it are allowed to do and to get anything they want. A Place that never imagine before.
Bila dalam sebuah lembaga ditemukan aparatur
yang selalu disiplin, berkinerja baik, bertanggungjawab, selalu berusaha
meningkatkan kompetensinya, berusaha melayani pimpinan, kolega, bawahan, dan
masyarakatnya dengan pelayanan yang terbaik, sangat boleh jadi ia adalah
aparatur yang memiliki pola pikir akhirat, belief
system yang menurut kami tiada tandingannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar