Jumat, 12 April 2013

DAMPAK POLA PIKIR APARATUR PEMERINTAH



Para pembaca yang budiman,
Secara konseptual, dampak perubahan pola pikir aparatur pemerintah adalah meningkatnya kesadaran aparatur bahwa dirinya haruslah kuat dan amanah.  Kuat dalam pengertian mampu atau kompeten dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai aparatur pemerintah.  Dan amanah dalam pengertian mampu menempatkan dirinya sebagai aparatur yang commited terhadap visi dan misi lembaga, dan tidak mencederai kepercayaan yang diberikan oleh pemerintah dan rakyat kepadanya.
Wujud dari aparatur yang kompeten dan amanah adalah sikap aparatur yang mengedepankan pelayanan terbaik kepada masyarakat, dan pelayanan terbaik kepada seluruh pihak yang berurusan dengannya, baik internal maupun eksternal; selalu berorientasi kepada pencapaian target-target kinerja; dan berani bersikap transparan, atau berani dicek setiap saat hasil kerjanya tanpa merasa kuatir dituduh menyembunyikan sesuatu (akuntabel).
Wujud lain dari sikap yang kompeten dan amanah adalah anda akan terpanggil untuk menciptakan suasana bekerja yang kondusif bagi semua anggota organisasi.  Anda akan selalu berupaya untuk berbagi, memberdayakan, dan saling melengkapi satu sama lain.  Anda tidak akan membiarkan organisasi anda  tumbuh menjadi kumpulan orang-orang yang pola pikirnya tidak sehat, saling curiga, saling mengedepankan kepentingan sendiri, dan saling melempar tanggungjawab.  Anda akan terpanggil untuk menjadi pembaharu yang menyejukkan bagi semua orang didalam organisasi anda.
 Para pembaca yang budiman,
Mungkin anda masih bertanya-tanya, akankah perubahan pola pikir  aparatur menghasilkan keluaran seperti itu?  Mungkinkah perubahan pola pikir menghasilkan para aparatur yang siap dengan sikapnya yang baru? sikap sebagai seorang aparatur yang efektif, commited terhadap tugas pokok dan fungsinya, serta membebaskan diri dari belenggu KKN?  Mungkinkah perubahan pola pikir menyebabkan seorang aparatur hadir sebagai sosok yang menyejukkan bagi organisasinya? Yang memberdayakan? Yang menghargai? Yang merajut keharmonisan hubungan seluruh anggota organisasi di dalamnya?
Bagaimana kalau kami jawab bukan hanya mungkin, tetapi sangat bisa, bahkan menyenangkan dan sekaligus menantang.  Optimis bukan?  Ya, sangat optimis.  Dengan Izin Tuhan Yang Maha Esa, dan dengan keyakinan akan pertolongan-Nya, segala sesuatu menuju perubahan yang lebih baik akan dimudahkan jalannya. 
Bila anda menyadari hal ini, lalu anda bertekad untuk lahir kembali sebagai aparatur yang kompeten dan amanah, Tuhan pasti akan berikan jalannya.  Tetapi sebaliknya, bila anda tetap pada posisi sekarang, mempertahankan pola-pola lama yang berorientasi pada uang, uang, dan uang.. tanpa memedulikan bahwa hal tersebut bukanlah hak anda, maka Tuhan pun akan memudahkan jalan bagi anda.  Artinya Tuhan akan membiarkan anda menggali sendiri jurang kehancuran lebih dalam dan lebih dalam lagi, hingga anda tidak menyadari bahwa anda sudah sangat jauh terperosok didalamnya.  Pada tingkatan ini, berbagai nasihat sudah tidak lagi bisa anda dengar.  Kalbu anda terlanjur kelam karena banyaknya noktah hitam yang menutupi, noktah yang timbul setiap kali anda melakukan penyimpangan.  Anda tidak lagi bisa membedakan mana yang benar mana yang salah.  Bila sudah seperti ini kondisinya, jangan-jangan inilah yang dimaksud dengan “Tuhan telah membutakan mata hati hambanya”, sehingga ketika sampai datang masanya nanti, tobat menjadi tidak berguna saat ajal tiba-tiba menjemput (maaf!).   Tetapi kami tidak yakin anda akan memilih jalan yang ini.  Mengapa? Karena kita semua tidak ingin mengorbankan masa depan kita di akhirat nanti, bukankah begitu? 
Kami rasa, tidak satupun dari kita yang ingin merugi di penghujung kehidupan dunia nanti.  Karena kita meyakini bersama, bahwa hidup yang sesungguhnya adalah di akhirat nanti, dimana bahagia tidaknya kita disana, akan ditentukan oleh keyakinan dan jalan yang kita pilih saat ini.
Agama mengajarkan bahwa orang yang menginginkan surga, maka ia akan melaksanakan amalan-amalan penghuni surga, dan Tuhan akan memudahkan jalannya, dan sebaliknya, orang yang akan menghuni neraka, ia akan melakukan amalan-amalan penghuni neraka, dan Tuhan pun akan memudahkan jalannya. 
Apakah kita termasuk orang-orang yang melakukan amalan penghuni surga atau neraka? Kita sendirilah yang tahu jawabannya. 
Tetapi kami yakin dan percaya, dalam hati kecil anda, dalam hati kecil kita semua, kita pasti sangat ingin menjadi aparatur yang bisa bekerja dengan benar, melakukan hal-hal yang benar.  Bekerja yang membuat kita  tenang dalam hidup, berbahagia, dan selamat hingga akhirat nanti.  Bila suara hati kecil anda juga seperti itu, lalu mengapa harus ragu untuk berubah? ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar