Kamis, 11 April 2013

KETELADANAN MENCAKUP SELURUH ASPEK



Para pembaca yang budiman,
Seorang pemimpin adalah panutan.  Sebagai panutan, orang lain yang ada disekitarnya akan manut (bahasa jawa, yang artinya mengikuti, meniru).  Disini bisa dilihat betapa besarnya tanggungjawab moral seorang pemimpin, karena tindak-tanduknya, tingkah lakunya, cara berfikirnya, bahkan kebiasaannya akan cenderung diikuti orang lain.  Untuk itulah maka saat berada di depan, pemimpin harus memberikan teladan, memberikan contoh.  Inilah yang dimaksud Ki Hajar dengan “ing ngarso sun tulodho”, saat di depan seorang pemimpin harus memberi teladan.
Kata Ing Ngarso tidak dapat berdiri sendiri, jika tidak mendapatkan kalimat penjelas dibelakangnya.  Artinya seorang yang berada di depan jika belum memberi teladan maka belum pantas menyandang gelar “Pemimpin”.  Jika kita melihat kepemimpinan dari orang-orang dalam sejarah, maka dapat kita lihat betapa perbuatan sang pemimpin menjadi inspirasi bagi orang yang dipimpinnya.
Keteladanan yang dimaksud Ki Hajar Dewantara mencakup seluruh aspek kehidupan, yaitu : Jujur, disiplin, terbuka, berfikir positif, dan berkepribadian yang kuat (berkarakter).  Bila para pemimpin memiliki sikap keteladanan, maka tatanan kehidupan di dalam pemerintahan akan lebih baik dan permasalahan yang mungkin timbul dapat ditekan sekecil mungkin.
Oliver Goldsmith mengatakan, “Orang jarang bisa berkembang ketika mereka tidak memiliki contoh untuk ditiru.”  Kita, para pemimpin, harus menyediakan diri sebagai contoh untuk ditiru.
Keteladanan seorang pemimpin bisa dipahami dengan konsep belajar sosial yang banyak dibahas dalam psikologi.  Secara singkat konsep belajar sosial menyebutkan bahwa untuk menjadi teladan, pemimpin harus benar-benar bisa menjadi pusat perhatian yang positif dan menarik. Perhatian yang diberikan oleh seorang pemimpin kepada masyarakat yang dipemimpinnya, akan banyak menimbulkan proses psikologis di tengah-tengah masyarakat.  Ucapan dan perilakunya akan banyak dijadikan referensi.
Keterkaitan psikologis antara masyarakat dengan pemimpin ini akan semakin kuat bila kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dikeluarkan para pemimpin itu menguntungkan anggota masyarakat.  Yang terakhir inilah yang dalam psikologi dinilai sangat penting.
Menguntungkan anggota masyarakat bisa diartikan sebagai reward.  Fungsi utama reward adalah menguatkan anggapan dan perilaku yang terbentuk.  Pemimpin yang belum mempunyai keteladanan tinggi akan mudah mendapat celaan dari anggota masyarakat.  Sebaliknya, pemimpin yang mempunyai hubungan psikologis erat dengan anggota masyarakatnya akan banyak ditolerir bila melakukan kekeliruan.  Masyarakat kita pada dasarnya bukan masyarakat yang banyak tuntutan dan suka mengkritik.  Namun tidak berarti mereka tidak memiliki sikap kritis.  Kedua ciri ini tercermin dalam perilaku masyarakat yang tidak suka mengkritik secara terbuka.
Masyarakat yang meneladani pemimpin berarti mereka mengidentikasi diri seperti para pemimpin itu.  Menurut Herbert Kelman (1961), identifikasi diri merupakan puncak dari kompromi dan kepatuhan terhadap pemimpin.  Bila anggota masyarakat telah mengidentifikasi (baca: meneladani) pemimpinnya, maka apapun yang dilakukan dan diinginkan oleh pemimpin akan dituruti.
Namun untuk mencapai pada tingkat keteladanan yang tinggi bukan suatu hal yang mudah, bahkan untuk sekedar kompromi dan patuh kepada pemimpin.  Sering pemimpin hanya ingin anggota yang dipimpinnya mengikuti berbagai aturan yang dibuatnya.  Dengan kata lain dia hanya menginginkan anggota masyarakat patuh padanya.  Sesungguhnya keadaan yang demikian ini merupakan pola yang paling rentan dalam hubungan pemimpin dan yang dipimpin. 
Kepatuhan yang lemah ini biasanya hanya digunakan untuk mendapatkan keuntungan dan/atau menghindari sanksi.  Bila tidak ada sanksi, mereka itu akan berbuat seenaknya.  Contohnya, pola hubungan ABS alias asal bapak senang.  Dihadapan pemimpin, para bawahan atau anggota masyarakat akan patuh dan mengiyakan semua yang diperkirakan menyenangkan pemimpin.  Namun sering disaksikan juga bahwa para pemimpin itu sebenarnya dicibir setelah berlalu dari hadapan mereka.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar