Para pembaca yang budiman,
Seorang pemimpin adalah panutan. Sebagai panutan, orang lain yang ada
disekitarnya akan manut (bahasa jawa, yang artinya mengikuti,
meniru). Disini bisa dilihat betapa
besarnya tanggungjawab moral seorang pemimpin, karena tindak-tanduknya, tingkah
lakunya, cara berfikirnya, bahkan kebiasaannya akan cenderung diikuti orang
lain. Untuk itulah maka saat berada di
depan, pemimpin harus memberikan teladan, memberikan contoh. Inilah yang dimaksud Ki Hajar dengan “ing
ngarso sun tulodho”, saat di depan seorang pemimpin harus memberi teladan.
Kata Ing Ngarso tidak dapat berdiri sendiri,
jika tidak mendapatkan kalimat penjelas dibelakangnya. Artinya seorang yang berada di depan jika
belum memberi teladan maka belum pantas menyandang gelar “Pemimpin”. Jika kita melihat kepemimpinan dari
orang-orang dalam sejarah, maka dapat kita lihat betapa perbuatan sang pemimpin
menjadi inspirasi bagi orang yang dipimpinnya.
Keteladanan
yang dimaksud Ki Hajar Dewantara mencakup seluruh aspek kehidupan, yaitu :
Jujur, disiplin, terbuka, berfikir positif, dan berkepribadian yang kuat
(berkarakter). Bila para pemimpin memiliki
sikap keteladanan, maka tatanan kehidupan di dalam pemerintahan akan lebih baik
dan permasalahan yang mungkin timbul dapat ditekan sekecil mungkin.
Oliver Goldsmith mengatakan, “Orang jarang bisa
berkembang ketika mereka tidak memiliki contoh untuk ditiru.” Kita, para pemimpin, harus menyediakan diri
sebagai contoh untuk ditiru.
Keteladanan seorang
pemimpin bisa dipahami dengan konsep belajar sosial yang banyak dibahas dalam
psikologi. Secara singkat konsep belajar
sosial menyebutkan bahwa untuk menjadi teladan, pemimpin harus benar-benar bisa
menjadi pusat perhatian yang positif dan menarik. Perhatian yang diberikan oleh seorang pemimpin kepada masyarakat yang dipemimpinnya, akan banyak menimbulkan proses psikologis di
tengah-tengah masyarakat. Ucapan dan
perilakunya akan banyak dijadikan referensi.
Keterkaitan
psikologis antara masyarakat dengan pemimpin ini akan semakin kuat bila
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dikeluarkan para pemimpin itu menguntungkan
anggota masyarakat. Yang terakhir inilah
yang dalam psikologi dinilai sangat penting.
Menguntungkan anggota
masyarakat bisa diartikan sebagai reward. Fungsi utama reward adalah
menguatkan anggapan dan perilaku yang terbentuk. Pemimpin yang
belum mempunyai keteladanan tinggi akan mudah mendapat celaan dari anggota
masyarakat. Sebaliknya, pemimpin yang mempunyai hubungan psikologis erat dengan
anggota masyarakatnya akan banyak ditolerir bila melakukan kekeliruan. Masyarakat kita pada dasarnya bukan
masyarakat yang banyak tuntutan dan suka mengkritik. Namun tidak berarti mereka tidak memiliki
sikap kritis. Kedua ciri ini tercermin
dalam perilaku masyarakat yang tidak suka mengkritik secara terbuka.
Masyarakat yang
meneladani pemimpin berarti mereka mengidentikasi diri seperti para pemimpin
itu. Menurut Herbert Kelman (1961),
identifikasi diri merupakan puncak dari kompromi dan kepatuhan terhadap
pemimpin. Bila anggota masyarakat telah
mengidentifikasi (baca: meneladani) pemimpinnya, maka apapun yang dilakukan dan diinginkan oleh pemimpin akan dituruti.
Namun untuk mencapai
pada tingkat keteladanan yang tinggi bukan suatu hal yang mudah, bahkan untuk
sekedar kompromi dan patuh kepada pemimpin.
Sering pemimpin hanya ingin anggota yang dipimpinnya mengikuti berbagai
aturan yang dibuatnya. Dengan kata lain
dia hanya menginginkan anggota masyarakat patuh padanya. Sesungguhnya keadaan yang demikian ini
merupakan pola yang paling rentan dalam hubungan pemimpin dan yang
dipimpin.
Kepatuhan yang lemah
ini biasanya hanya digunakan untuk mendapatkan keuntungan dan/atau menghindari
sanksi. Bila tidak ada sanksi, mereka
itu akan berbuat seenaknya. Contohnya,
pola hubungan ABS alias asal bapak senang.
Dihadapan pemimpin, para bawahan atau anggota masyarakat akan patuh dan
mengiyakan semua yang diperkirakan menyenangkan pemimpin. Namun sering disaksikan juga bahwa para
pemimpin itu sebenarnya dicibir setelah berlalu dari hadapan mereka.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar